'Kyota' Kota Kuno Tapi Tetap Modern

Day-2
Kamis, 16 Mei 2013 hari kedua di Jepang kota Kyoto masih menjadi destinasi pilihan kami. Kyoto yang dikenal memiliki banyak objek wisata sejarah kuno Jepang memang tidak cukup di eksplorasi dalam sehari. Beberapa objek wisata seperti Kiyomizudera, Fushimi Inari, Sanjusangendo dan Hutan Bambu Arasiyama menjadi tujuan kami hari ini. Pagi hari sekitar pukul 08.30 setelah sarapan kami berangkat dari hostel dengan tujuan pertama adalah kuil Kiyomizudera yang letaknya tidak begitu jauh dari hostel kami menginap, hanya beberapa halte bus saja. Hari ini kami baru menggunakan Kyoto One Day Pass yang sudah kami beli sebelumnya di Bandara. Perjalanan menuju Kiyomizudera melewati jalan menanjak, sebelum sampai kuil banyak toko yang menjajakan makanan tradisional dan souvenir khas Jepang. Suasana cukup ramai saat itu banyak pelajar yang sedang studi tour. Kiyomizudera terletak diatas bukit sehingga kita dapat melihat kota Kyoto di kejauhan serta hamparan dedaunan hijau. Untuk masuk ke area kuil sebelumnya harus membeli tiket terlebih dahulu (¥300) didalamnya terdapat beberapa kuil dan mata air yang dianggap suci oleh masyarakat Jepang sesuai dengan arti dari Kiyomizu itu sendiri adalah air suci.    












Selepas mengelilingi kuil Kiyomizudera langkah kami bergegas menuju destinasi berikutnya yaitu kuil Sanjusangedo yang letaknya juga tidak jauh dari halte Kiyomizudera. Kuil tersebut letaknya tepat berada di pinggir jalan sehingga tidak perlu berjalan jauh. Dengan membayar tiket masuk (¥600) kita dapat melihat kurang lebih seribu patung Budha yang terdapat di dalam kuil ini beserta penjelasan mengenai patung-patung tersebut dan terdapat satu patung besar yang berada di tengah ruangan, bau dupa menyeruak di dalam ruangan dan beberapa pria berpakaian putih menulis kanji di secarik kertas entah itu tulisan doa atau seni tulisan kanji, yang dijual kepada pengunjung. Sama seperti di Kiyomizudera di kuil ini juga banyak sekali pelajar yang sepertinya dari luar Kyoto yang memenuhi ruangan, sehingga untuk melihat deretan patung kami harus berjalan melambat.  Ketika berada didalam kuil alas kaki harus dilepas dan sayangnya pengunjung dilarang untuk mengambil gambar sehingga tidak dapat mengabadikan gambar di dalam kuil. 



Jalan Bambu (Path of Bamboo) di daerah Arasiyama yang akan kami singgahi selanjutnya setelah Sanjusangendo. Perjalanan selama 45 menit, sebelumnya kami harus transit terlebih dahulu di St.Kyoto untuk ganti bus dan dikenakan biaya tambahan (¥210) karena jalur bus keluar dari zona one day pass. Udara dingin Arasiyama menyambut kedatangan kami setelah turun dari bus, karena daerahnya masih berupa perbukitan dan hutan. Aliran sungainya masih jernih dan semilir angin mengiringi perjalanan kami mencari destinasi yang kami tuju. Banyak juga wisatawan asing  yang tengah berkunjung, dipinggiran jalan seperti tempat wisata lainnya banyak rumah makan dan toko-toko. Untuk mencari lokasi tidak cukup mengandalkan peta saja, kami pun sempat bertanya beberapa kali ke penduduk lokal walupun sempat terkendala mengenai bahasa dan akhirnya sampai ditempat yang dituju. Letaknya berada disebelah kiri jalan dari arah Kyoto beberapa blok dari jembatan, dengan jalan masuk tidak begitu besar. Tidak berapa lama rimbunnya pohon bambu pun mulai terlihat, menjulang tinggi dan tertata rapi, dipagari dengan bambu kering. Menggunakan sepeda sepertinya pilihan yang menyenangkan untuk mengelilingi hutan bambu ini, yang bisa disewa disekitar lokasi (¥600/hari). Ketika akan kembali ke Kyoto ditengah jalan ada beberapa murid sekolah dasar yang sepertinya sedang mempraktekan bahasa Inggris mereka kepada turis asing, kami pun sempat diajak berbicara dalam bahasa Inggris. Dan salah satu dari mereka menanyakan nama dan dari mana kami berasal. Sebagai kenang-kenangan dari mereka nama kami ditulis menggunakan katakana disebuah kertas yang sudah dihias oleh mereka. Dijalan juga banyak kami temui kendaraan tradisional umumnya seperti becak di Indonesia, hanya saja di Jepang ditarik oleh manusia serupa seperti di Cina.       








Kurang lebih selama tiga jam berada di Arasiyama, kami kembali ke Kyoto untuk ke tempat tujuan kami selanjutnya Fushimi Inari yang terletak di daerah Fushimi-ku, Kyoto. Bus menuju Kyoto dari Arasiyama agak jarang sehingga harus menunggu cukup lama ditambah udara dingin rasanya ingin segera masuk ke dalam bus berharap kondisi udaranya lebih hangat. Sekitar 30 menit kemudia bus yang ditunggu datang dan sepertinya merupakan bus terakhir yang menuju St. Kyoto apabila dilihat dari jadwal bus yang terpampang dan benar saja jika didalam bus lebih hangat dibandingkan udara diluar. Sampai di St.Kyoto kami kembali ganti bus untuk menuju daerah Fushimi-ku. Setelah turun dari bus kami sempatkan membeli makanan sebelum masuk dan makan diarea taman. Di kuil Fushimi Inari terkenal akan torii/pintu masuk kuil yang berjajar panjang sekitar 10.000 torii di kaki gunung Inari yang akan menjadi tujuan utama kami. Dari halte bus cukup berjalan kaki menuju kuil, meski sudah sore hari masih saja ada rombongan pelajar yang berkunjung ke kuil ini, meskipun toko-toko disekitar kuil sudah mulai tutup. Terdapat beberapa kuil seperti kuil Honden sebelum menuju torii yang ingin kami lihat. Jajaran pertama berupa torii besar yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan jajaran torii kecil yang berderet lebih panjang yang jumlahnya sekitar 10.000 torii. Karena sudah sore hari kami tidak sempat untuk menelusuri torii lebih dalam.











  
Kuil Fushimi Inari dan Torii

Waktu menunjukan pukul 6 sore akan tetapi langit masih terang tidak seperti di Indonesia. Sepertinya jika di Jepang malam hari lebih singkat dibandingkan dengan siang hari, shubuhnya saja pukul 3 pagi (jam 1 pagi waktu Indonesia). Berhubung hari ini adalah hari terakhir kami berada di Kyoto karena keesokan harinya kami harus bertolak ke Tokyo. Sebenarnya ketika kami meninggalkan hostel kami sudah check out dan hanya menitipkan tas ransel, kami pun kembali ke hostel untuk mengambil tas ransel. Kemudian menuju ke St. Kyoto untuk mencari lokasi bus malam (¥4.000) yang sudah kami pesan sebelumnya ketika berada di Indonesia. Sebelumnya kami titipkan tas kami di loker koin ukuran besar (¥600) yang berada di area stasiun. Niat awal adalah menuju Kyoto Tower, berhubung terkendala bahasa dalam mencari tempat tunggu bus ketika bertanya ke beberapa warga lokal. Ditengah dinginnya udara malam kota Kyoto waktu kami banyak habiskan hanya untuk berputar-putar mencari lokasi bus, beberapa kali keluar masuk stasiun. Setelah bertanya dengan bahasa Jepang yang dimengerti oleh teman yang bisa sedikit bahasa Jepang akhinya tempat bus yang dicari kami temukan. Menjadikan pengalaman yang tidak terlupakan tersesat di negeri orang. Setelah menemukan bus dan masih ada sedikit waktu kami sempatkan berjalan di sekitar St.Kyoto, setiap jam di St.Kyoto terdapat Aqua Fantasi berupa air mancur yang seolah menari-nari diiringin dengan musik, dengan durasi sekitar 15 menit. Bus berangkat pukul 23.40, kursi standar yang kami pesan berada di lantai kedua sedangkan lantai dasar untuk kursi relaks yang harganya sedikit lebih mahal, saya duduk di bangku kedua dari depan terpisah jauh dari teman-teman yang dapat kursi paling belakang. Fasilitas yang terdapat didalam bus cukup lengkap seperti selimut dan stop kontak, yang saya gunakan untuk isi batere handphone dan kamera yang seharian digunakan. Ditengah perjalanan bus juga berhenti di rest area, dengan perjalanan seiktar delapan jam sampai Tokyo.





Keep reading to Day-3....




2 comments:

  1. bang, numpang tanya

    antara osaka atau kyoto mana yg lebih baik digunakan sbg markas menginap ?

    tujuannya mau mengunjungi kobe, hiroshima, osaka/kyoto day trip

    pertimbangannya dari segi biaya penginapan , durasi tempuh naik kereta, dll

    Trims atas sarannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klo mau ke Kobe & Hiroshima better stay di Osaka aja.
      Untuk penginapan sih relatif sama di dua kota tsb, untuk transportasi di Osaka naik kereta sangat mudah dan di Kyoto agak susah kalau kereta lebih ke bus.

      Delete