Distrik Lampu Merah versi Osaka - Penjajak Syahwat Kaum Adam

Osaka, kota yang berada di daerah Kansai kepulauan Honshu ini memiliki sejumlah destinasi yang menarik untuk dikunjungi yang menjadikan salah satu destinasi pilihan dari beberapa kota besar selama trip di Jepang. 

Sore hari itu isi perut dengan masakan siap saji ala Family Mart yang banyak dijumpai dan istirahat sambil nonton saluran tv lokal di kamar hostel, yup kali ini di kamar hostel ada tv nya beda dari hostel di dua kota sebelumnya yang tipe dormitory satu kamar bisa diisi sampai 8 orang kali ini satu kamar hostel hanya untuk satu orang aja #puas. 

Ngerasa energi udah full of charge dan hari masih sore, langsung deh berbekal tiket Osaka unlimited pass untuk dua hari yang dibeli di tourist centre di KIX Airport. Sore ini saya sengaja mau jalan sendirian biar lebih free dan mau ngerasain klo jadi seorang solo traveller

Tujuan sore ini adalah daerah Shinsekai yang letaknya gak begitu jauh dari hostel hanya berjarak satu stasiun, tujuan awal mau naik Tsutentaku Tower yang menjadi ikon di daerah tersebut, tapi pas sesampainya disana karena sebelumnya sudah pernah naik Tokyo Sky Tree yang jauh lebih tinggi akhirnya saya batalin untuk naik meskipun naik ke atas sana gratis berkat tiket Osaka unlimited pass

Suasana sore itu di daerah Shisekai bisa dikatakan cukup sepi beda banget sama yang saya bayangin sebelumnya.

"Shinsekai Tower Osaka"
Menara Tsutentaku di Shinsekai

Karena merasa daerahnya kurang ramai, kaki ini terus melangkah sepanjang jalan berharap ada keramaian, secara gak sadar jalan yang dilalui adalah jalan menuju hostel tempat menginap, sadar-sadar pas lihat ada Family Mart tempat beli makan tadi, lumayan jauh juga ternyata saya jalan kaki selisih satu stasiun. 

Karena matahari masih terang benderang walau sudah jam setengah lima sore, saya putuskan untuk tetep melangkah berharap bisa menemukan sesuatu yang beda di ujung jalan sana. Cukup lama juga jalan nyusuri jalan setapak dengan kanan kiri berupa toko-toko kecil yang sebagian pemiliknya sudah mulai merapihkan barang dagangan mereka dan ada juga tempat karoke penduduk lokal yang tempatnya terbilang cukup kecil dengan sebagian pengunjungnya berusia diatas 50 tahun yang begitu happy nyanyi ngalor ngidul yang gak saya mengerti mereka itu nyanyi apaan. 

Akhirnya sampe juga di ujung jalan yang ternyata tembus-tembus ke jalan raya yang lagi-lagi cukup sepi kondisinya, berharap bisa liat ribuan motor lalu lalang seperti di Jakarta tapi lagi-lagi nihil masih sepi seperti sebelumnya. 

Karena sadar sudah jalan cukup jauh dan liat kondisi sekitar gak ada stasiun kereta apalagi bus umum, akhirnya saya pikir untuk balik lagi ke hostel tempat nginep dan memilih lewat jalan lain, memutar beda blok. 

"Osaka - Japan"
Sepinya sepanjang jalan

Akhirnya saya pilih untuk lewat jalan yang sebagian sisi kanan kiri berupa rumah penduduk lokal dengan eksterior rumah kuno Jepang, tertutup rapat seperti ngga ada kehidupan didalamnya. Gak lama jalan dan masuk lebih dalam ehh tiba-tiba dari kejauhan didepan sana ada lambaian tangan seolah memanggil saya, setelah tengok kanan kiri gak ada orang cuma saya sendirian dan sadar kalau yang dipanggi emang saya. 

Akhirnya saya samperin juga tuh sumber lambaian tangan dari jauh tampak wanita tua mengenakan yukata berusia 60 tahun keatas, dalam benak saya, mungkin ini wanita tua mau minta bantuan kali yah #positive thinking. Tumben banget ada orang Jepang dengan mudahnya minta tolong, yang saya tahu orang Jepang itu punya budaya gak mau buat orang disekitarnya kesusahan jadi mereka burusaha sekuat tenaga sendiri terlebih dahulu, kalau sudah merasa tidak mampu baru minta tolong orang dan beda banget sama budaya di negeri kita yang malah seneng kalau orang lain susah dan susah liat orang lain seneng. 

Baru beberapa langkah ke arah itu wanita tua tiba-tiba langkah saya langsung berhenti ketika melihat ada sesuatu yang ganjil. Tau gak kenapa?? Ternyata gak jauh dari wanita tua yang berdiri persis di depan sebuah rumah bergaya kuno Jepang dengan teras beralaskan kayu, ada seorang wanita cantik berusia sekitar 30 tahun duduk khas Jepang dengan tumit kaki dibelakang ditiban bokong duduk dengan senyum hangat seperti mengajak berkenalan. 

Tapi yang bikin saya terheran-heran adalah kenapa wanita cantik itu menggunakan yukata dengan belahan dada terbuka lebar seperti sengaja dibuka/diperlihatkan, sampai pabrik susu tanpa kalengnya terlihat dengan sangat jelas (putih bersih dengan sedikit warna merah muda di tengahnya dan dijamin tanpa operasi). Duduk dengan senyum rayu tanpa pembatas kaca.

Wah dalam benak saya itu rejeki atau apa yah?? hehehe. Menolak sopan dengan tangan di depan dada, saya tolak tuh panggilan wanita tua yang ternyata baru saya sadari kalau dia itu sang mucikari (disangkanya saya ini banyak duit kali, hahaha), gak lama jalan ke dalam ternyata di sepanjang beberapa blok di kanan kiri jalan banyak hal serupa yang menjadikan teras rumah sebagai etalase penjual kesenangan. 

Mungkin sama halnya seperti di Belanda yang terkenal dengan Red Light-nya (pantesan ada nama koran lokal di Indonesia yang isi beritanya kebanyakan selangkangan semua, hahaha) atau serupa dengan gang Dolly yang terkenal di Surabaya. Ternyata tempat yang baru saya lewati adalah Tobita Shinchi District, sebuah distrik yang cukup populer bagi orang yang mencari kesenangan seksual di Osaka yang merupakan Red Light versi Osaka dan seperti kebanyakan tempat serupa dilarang keras untuk mengambil gambar tapi untungnya jalan masuk ke dalam bisa saya ambil gambarnya. Dan lebih beruntungnya adalah tiga wanita soleha temen trip saya nggak ikut jalan bareng, gawat kalau mereka ikut yang ada malah mikirnya emang sengaja jalan cari tempat begituan. Huft selamat :) 

"Red Light Versi Osaka"
Gang Masuk Red Light'versi Osaka

2 comments:

  1. Bang mau nanya dooong kalau nyari tiket promo yang murah tuh biasa nya kemana ya ? Aku udah cari banyak tapi susah banget :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tergantung destinasinya mau ke mana, kalau ke luar negeri biasa yang banyak promo ke Singapura sama Malaysia...coba cek di setiap situs LCC (low cost carrier) AirAsia, TigerAir atau Cebu

      Delete