Jejak Jawa Timur - Pesona Ujung Timur Pulau Jawa Part 1

Solo Traveller | atau pergi sendiri ke tempat jauh dan belum pernah disinggahi sebelumnya bagi sebagian orang mungkin kurang nyaman dan kurang asyik karena selama di perjalanan tidak ada teman yang dapat di ajak ngobrol, bercanda dan yang paling penting biasanya adalah sebagai juru keker atau tukang foto beruntungnya sekarang para ilmuan telah menemukan tongsis (tongkat narsis) yang berguna buat para solo traveller :P. Trip rame-rame sudah biasa, ingin rasaya merasakan sesuatu yang beda dalam trip kali ini alhasil saya putuskan untuk Solo Trip alias pergi sendirian dan tidak tahu apa yang akan terjadi di perjalanan kali ini but the show must go on. 

Tujuan utama kali ini adalah ke Baluran yang terkenal dengan Afika versi Indonesia dan Kawah Gn. Ijen dengan api biru terletak di daerah Banyuwangi Jawa Timur. Tiket kereta sudah ditangan dibeli dua bulan lalu secara dadakan ketika lihat  tanggal merah di bulan Nopember dan waktu yang pas banget  lihat golden time Baluran di musim panas secara tahun depan tanggal merah banyak di hari Sabtu dan Minggu jadi saya putuskan untuk pergi tahun ini, dan mengorbankan trip ke Bali yang sudah direncanakan terlebih dahulu meskipun tiket pesawat (promo) sudah di tangan, tampak bodoh sepertinya tapi trip juga sebuah pilihan dan tidak perlu disesali.

Hari Pertama - Jum'at 1 Nopember 2013, berbekal cuti 2 hari yang terpaksa di approve sama si Bos karna sudah berganti bulan baru meski sebelumnya si bos agak ragu buat approve akhirnya di setujui juga. Siang sekitar jam 9.30 saya berangkat dari rumah menuju St. Ps Senen karena kereta ekonomi Kertajaya jurusan Surabaya berangkat jam 14.10 dan saya berangkat lebih awal di samping takut ketinggalan kereta juga takut ketinggalan sholat Jum'at. Alhasil sampai di St. Senen jam 11.00 siang dan langsung saya tukar struk pembelian tiket online ke loket penukaran, lihat kanan kiri sepertinya banyak orang yang mau mudik belum dapet tiket dan di pinggir jalan masuk stasiun banyak calo yang dengan pede'nya introgasi setiap orang dengan bawaan banyak apakah sudah punya tiket atau belum termaksud saya yang ditanyain sewaktu beli buah di depan stasiun. Selepas sholat Jum'at saya makan siang di area stasiun berhubung perjalanan panjang sekitar 13 jam di dalam kereta yang akan saya hadapi dan membeli air mineral dan cemilan untuk di kereta. Jam 14.10 pun kereta dengan tepat waktu berangkat dari St. Senen menuju Surabaya dan perjalanan solo trip kali ini dimulai. 

Di dalam kereta banyak penumpang hilir mudik mencari tempat duduk, ada pula yang dengan sinisnya menegur penumpang di depan saya untuk pindah tempat duduk karena nomor yang dia miliki merasa ditempati duluan, selidik punya selidik nomor gerbongnya yang ternyata salah alhasil malu pun didapatnya. Perjalanan dari St. Senen sampai St. Cirebon bisa dibilang surga banget, karena gak harus adu dengkul dengan penumpang di depan karena 3 kursi di depan masih kosong jadi bisa dengan puas selonjorin kaki  yang lumayan panjang sampai yang punya kursi datang dan dua orang sekursi sama dengan saya pun melakukan hal serupa. 

Penyakit kronis yang sering dialami di dalam kereta terutama pada saat perjalanan panjang adalah serangan rasa lapar, sialnya rasa lapar baru muncul pada saat jam-jam tengah malam dimana petugas yang biasa mondar mandir menjajakan makanan tidak terlihat batang hidungnya, mungkin sudah terlelap tidur karena ditunggu tak kunjung datang untungnya masih ada cemilan yang bisa ganjel rasa kelaparan hingga kereta berhenti di sebuah stasiun dan para pedagang masuk ke dalam kereta. Terdengar dari pintu belakang suara ibu paruh baya berteriak menjajakan pecel sayur, dengan harga murah meriah kelas kereta ekonomi pecel ditambah potongan lontong dan sambel kacang dan tak lupa bakwan goreng menjadi sarapan dini hari.  

Hari Kedua-Sabtu, 2 Nopember 2013. Menempuh perjalanan panjang kurang lebih 13 jam akhirnya sampai di St. Pasar Turi Surabaya ditandai dengan deru mesin kereta dan kecepatannya mulai melambat, menandakan saya sudah sampai di Stasiun Pasar Turi Surabaya, jam menunjukan pukul setengah lima pagi dimana langit pagi masih gelap padam. Meski agak sedikit bingung karena hari masih gelap dan harus segera pergi ke Terminal Purabaya (Bungurasih) dan bingung mau naik apa kesana dan angkot pagi buta belum ada, akhirnya  tanya ke Bapak yang duduk didepan kursi ketika di kereta, dan dia menyarankan untuk naik bus antar kota yang biasa berhenti di depan pintu masuk tol dan bersedia mengantar karena tujuannya searah. 

Dari depan St. Pasar Turi ambil arah kiri dan berjalan menuju jalan besar (sebelah PGS/Pusat Grosir Surabaya) untuk naik angkot menuju pintu tol. Di tengah jalan baru teringat jika botol minum ketinggalan di dalem kereta, mau balik lagi sudah tanggung ditengah jalan dan itulah tidak enaknya jika jalan sendirian dan tidak ada orang yang bisa jadi pengingat jika ada barang yang tertinggal apalagi jika orangnya sedikit pelupa. Selang lima belas menit saya pun sampai di pintu tol tempat bus antar kota menuju terminal Bungurasih biasa menaikan penumpang. Tak lama menunggu bus tujuan terminal Bungurasih pun datang membawa saya untuk naik bus tujuan Banyuwangi. 

Bersambung.... 


No comments:

Post a Comment