8 Jam di Bangkok ... Kemana aja ? (Part 1)

"Grand Palace Bangkok - Thailand"


Bangkok - Bandara Don Mueng, pesawat Air Asia dengan penerbangan FD360 mendarat mulus semulus paha Nabila JKT48 setelah 90 menit mengudara dari Bandara Changi Singapura tempat bermimpi indah semalam.

Di tengah langkah menuju imigrasi bandara, dua gadis cantik muda Thai berkulit putih senada dengan seragam putih yang dikenakan berdiri menyambut dan menghentikan perjalan menuju imigrasi, pasti mau ngajak kenalan, pikir saya ke ge-er'an.

"Săwătdee kàp" sapa nya melihat muka saya yang lusuh sekaligus berminyak (untung gak sampe tutup hidung dua perawan Bangkok ini)

''How long you will stay in Thai ?" tanyanya.

"Just one day" jawab saya.

"Could you show your booking hotel ?" tanyanya lagi, tampak penasaran atau takut jika muka seperti saya akan tidur di sembarang tempat seperti emperan jalan.

"I'am not stay at hotel, tonight I will back again to airport" sambil mengelurkan boarding penerbangan.

"Are you mean you will sleep at the airport tonight ?"

"hhhmmm, yes. Because, tomorrow my flight to Phuket will depart in the early morning, I worriy if I get late" memperjelas sambil menunjukan boarding penerbangan besok, sekaligus kasih alasan biar bisa tidur di bandara.

Setelah mendengar penjelasan singkat tidak lama mereka melepas perjalanan menuju imigrasi.

Di imigrasi pun sama, sang petugas menanyakan hal serupa dan saya jawab sama seperti sebelumnya, intinya nanti malam akan menginap di bandara untuk mengejar penerbangan berikutnya agar tidak terlambat.
***
Selepas keluar dari Bandara, melihat jalan raya kota Bangkok mengingatkan saya akan jalan raya Sunter Jakarta dengan tiang-tiang jalan tol menjulang tinggi berdiri di tengah jalan tepat di bawahnya. Lalu lalang mobil ditambah beberapa bangunan sebelas dua belas tak berbeda jauh dengan Jakarta.

Tujuan pertama di Bangkok adalah melihat kemegahan Grand Palace atau bahasa Thai nya Phra Borom Maha Ratcha Wang yang merupakan Istana Raja Thailand, berada di tengah kota Bangkok, untuk menuju Grand Palace ada tiga mode transportasi yang akan saya gunakan, bus, BTS (Bangkok Transit System) dilanjut menggunakan Chao Praya Boat.

Untuk naik BTS terdekat saya harus naik bus umum terlebih dahulu menuju BTS Mo Chit, stasiun BTS terdekat dengan Bandara Don Mueng. 

Seorang wanita berbadan tambun mengenakan seragam atasan putih dan badge hitam di pundak terlihat seperti orang yang gagal tes akademisi penerbangan hingga nafsu makannya tidak dapat dikendalikan, ditambah rambut ekor kuda berwarna pirang terikat. 

Duduk di belakang kemudi sebuah bus umum lebih mirip bus PATAS yang ada di Jakarta. Mengambil alih kemudi sambil sesekali tertawa ketika melihat layar telepon genggam putih miliknya yang dipenuhi pesan menunggu untuk dibaca, tanpa rem dengan cepat memacu kemudi melewati jalan bebas hambatan mengantar saya sampai depan Stasiun Mo Chit kurang dari 20 menit dengan biaya 20 baht.

"Khap khun ka" yang artinya "Terima kasih" karena saya tidak turun dari bus dan berujung di rumah sakit setelah dikemudikan olehnya.
"Main HP saat nyetir, jangan di tiru!!"
Main HP sambil nyetir, jangan ditiru !!!
Sesampainya di BTS Mo Chit, saya sedikit kagum dengan kota Bangkok untuk urusan sarana transportasi umum. Bangkok tampaknya sudah beberapa langkah lebih maju di bandingkan dengan Jakarta. Ketika Jakarta tengah sibuk membangun monorel dengan jejeran tiang monorel berdiri tegak di beberapa titik yang sudah lama terbengkalai (karena terlalu banyak 'kepentingan') hingga dimanfaatkan pihak tertentu untuk beriklan gratis, mulai dari iklan sedot WC hingga badut ulang tahun yang dapat dipanggil kapan saja sesuka hati.

Monorel di Bangkok sudah lama menjadi angkutan masal warga dan turis yang sedang berkunjung di kota ini. Dengan kecepatan dan kenyamanan membuat BTS menjadi pilihan warga Bangkok dan pengunjung seperti saya untuk berpergian. Semoga Jakarta dan kota besar lain di Indonesia bisa memiliki angkutan umum yang aman dan nyaman seperti halnya Bangkok #Amien.

BTS Mo Chit, sebuah stasiun monorel yang akan menjadi titik awal keberakatan menuju BTS Saphan Taksin, stasiun terdekat dengan dermaga Central Chao Praya. 

Stasiun kereta di Bangkok terdiri dari tiga lantai, lantai kedua adalah tempat penumpang membeli tiket sekaligus pintu masuk, setelah memilik tiket penumpang dapat langsung masuk ke gate dan dapat langsung naik menuju peron yang berada di lantai paling atas untuk menunggu kereta. 

Untuk tiket monorel sendiri dikenakan tarif progresif berdasarkan jumlah stasiun yang di lalui sama halnya seperti komuter di Jakarta. Untuk pembelian tiket sekali jalan cukup membeli melalui vending mesin/TIM (Ticket Issuing Machine), pilih biaya sesuai jarak yang tertera pada tabel, kemudian masukan uang koin sesuai jumlah yang dipilih, nanti secara otomatis vending mesin akan mengeluarkan tiket sesuai dengan pilihan.

Waktu tempuh dari BTS Mo Chit menuju BTS Saphan Taksin adalah 23 menit, melewati sebelas stasiun BTS lain dan transit di BTS Siam, untuk jarak sedemikian jauh dikenakan biaya progresif sebesar 42 baht untuk sekali perjalanan. 
"Ticket BTS (Bangkok Transite System)"
Tiket BTS untuk sekali perjalanan
"BTS Monorel Peron - Bangkok"
Salah satu peron BTS di Bangkok
Keluar dari Stasiun Saphan Taksin langsung menuju dermaga Chao Praya yang merupkan dermaga pusat (central pier), letaknya berada di arah kiri dari pintu keluar stasiun. Dengan berjalan kaki tidak sampai dua menit sampailah di dermaga Central Chao Praya. 

Satu lagi yang bikin saya heran dengan ibukota Thailand ini, kota Bangkok sepertinya sukses menjadikan sungai (Chao Praya) sebagai sarana transportasi umum bagi warga dan wisatawan yang berkunjung. Walaupun air di sungai ini berwarna keruh kecoklatan, hilir mudik perahu yang membawa penumpang tak pernah sepi. 

Untuk urusan kebersihan sungai, saya rasa warga Bangkok sudah peduli dengan sungai yang sudah memberikan nafkah kepada mereka secara tidak langsung. Sungai ini memberikan kontribusi secara tidak langsung pada kegiatan pariwisata Bangkok, mungkin mereka sadar jika mereka membuang sampah sembarangan ke sungai akan mempengaruhi kualitas air sungai menjadi kotor dan bau sehingga merusak citra kota mereka dan akan berakibat pada berkurangnya kunjungan wisatawan yang berdampak pada ekonomi mereka.

Total ada 24 dermaga (pier) yang berfungsi sebagai tempat menaikan dan menurunkan penumpang. Dermaga Ta Chang (N9) menjadi pemberhentian menuju Grand Palace, dengan tiket one day pass seharga 150 baht.

Jika Anda memiliki dana lebih cobalah River Cruise Chao Praya. Anda akan diajak menyusuri sungai dengan jamuan makan malam ditemani hiburan live musik, anda juga akan disuguhkan pemandangan berbagai ornamen lampu yang menghiasi bangunan di tepi sungai seperti kuil dan jembatan.
"Antrian Boat Chao Sungai Praya"
Antrian penumpang yang hendak naik perahu
"Cabin Chao Praya Express on Board"
Bagian dalam perahu penyebarangan
"Boat Chao Praya"
"Chao Praya River Side on Bangkok"
Pemandangan tepi sungai Chao Praya dari dalam perahu
Grand Palace (Istana Raja), sebuah kompleks bangunan kediaman raja-raja Thailand dibangun pada tahun 1782 pada pemerintahan Raja Rama I. Bangunan yang didominasi warna emas menyilaukan mata dan paling mudah dikenali ketika berkunjung ke Bangkok. Namun saat ini sudah tidak lagi dihuni oleh raja Thailand, akan tetapi masih digunakan sebagai tempat menggelar upacara dan ritual kerajaan seperti penobatan, pemakaman, pernikahan dan jamuan negara.

Biaya tiket masuk sebesar 500 baht untuk wisatawan asing dan gratis untuk warga lokal Thailand. Pastikan sebelum anda masuk ke area Grand Palace gunakanlah pakaian yang sopan mengingat tempat yang akan anda kunjungi adalah tempat yang biasa dipakai menggelar upacara dan ritual kerajaan. 

Gunakanlah celana panjang dan kaus/kemeja berlengan, bagi perempuan jangan menggunakan tank top yang memperlihatkan bahu apalagi memakai lingerie jika tidak ingin diciduk oleh petugas keamanan setempat. Untuk alas kaki pastikan memakai kaus kaki jika menggunakan sandal. Jika kebetulan anda lupa atau tidak mengenakan pakaian yang disebutkan di atas, di depan pintu masuk biasanya ada beberapa warga yang menyewakan atau menjualnya.

Di dalam komplek Grand Palace terdapat beberapa bangunan dengan arsitektur yang tidak biasa, salah satunya terdapat Wat Phra Kaew (Kuil Budha Zambrud) yang merupakan salah satu kuil Budha terpenting di Negeri Gajah Putih. Di dalam kuil terdapat Emerald Budha berasal dari abad ke-14 yang begitu terkenal dan dihormati.

Ada pula beberapa bangunan yang begitu kontras dengan desain Kuil Budha Zambrud yang lebih dominan ke desain Renisans, bangunan yang berada di tengah komplek berdiri tegak dengan keindahan desain bernama Phra Thinang Chakri Maha Prasat. Untuk desain bangunan bawah bernuansa Eropa sedangkan bagian atas masih bergaya Thailand.
"Temple Emerald Buddha / Wat Phra Kaew -  Bangkok"
Kuil Budha Zambrud
"Temple Emerald Buddha / Wat Phra Kaew -  Bangkok"
Bagian dari kuil yang digunakan untuk tempat beribadah
Bangunan bergaya Renisans dengan atap bergaya Thailand
"Dusit Maha Prasat Hall"
Dusit Maha Prasat Hall

1 comment: