Menunggu Pagi di Macau Ferry Terminal - Obrolan Dengan Seorang TKW (Part 2)


Casino Lisboa Macau, Gambler
Salah satu kasino di Macau
Sabtu, 31 Mei 2014 - Macau Ferry Terminal, di lantai empat bangunan yang menghubungkan Macau dengan kota tetangga Hong Kong, menggunakan perahu cepat dengan waktu tempuh kurang dari satu jam. Saya dan beberapa orang yang bernasib sama, duduk luntang-lantung menunggu pagi, ketika hendak menyeberang menuju Hong Kong. Setelah seharian puas melihat beberapa landmark Macau seperti Casino Grand Lisboa, runtuhan Gereja St.Paul dan beberapa jam terdampar di pusat perjudian di beberapa kasino besar Macau.

Jejak terkait : Berkunjung ke Macau 'Las Vegas Asia'

Malam minggu ini, saya tidak sendiri saat menunggu keberangkatan ferry menuju Hong Kong jam enam pagi. Ditemani oleh Rena, sesama orang Indonesia. Wanita berusia 28 tahun ini bekerja sebagai TKW di Macau. Rela pergi jauh meninggalkan keluarga tercinta di Indonesia, menjadi salah satu dari ratusan ribu WNI yang bekerja menjadi TKI di luar negeri.

Entah karena kurangnya lapangan pekerjaan di negeri sendiri atau tergiur dengan hujan emas di negeri orang, sehingga para wanita tangguh ini rela pergi jauh. Bisa dibilang wanita Indonesia salah satu wanita berani dan tangguh, rela pergi ribuan mil jauhnya, meninggalkan sanak keluarga tercinta di Indonesia.

Sudah beberapa kali saya bertemu para TKW yang bekerja di negara tetangga seperti di Malaysia dan Thailand, TKW yang saya temui bekerja sebagai penjaga toko atau agen perjalanan seperti di Phuket Thailand, karena tahu sesama orang Indonesia akhirnya saya mendapat potongan harga untuk tiket satu hari keliling pulau Phi Phi.

Jejak terkait : Seharian Keliling Pulau Phi-Phi

Tak jarang terdengar berita duka dari beberapa negara tujuan para TKW mencari kerja, hingga sampai pada berita memperihatinkan, adanya beberapa TKW  terjerat kasus hukum, mulai dari hukuman ringan seperti tidak memiliki izin kerja secara legal yang berakibat deportasi, hingga kasus berat seperti didakwa membunuh majikan dan tak jarang beberapa harus menghadapi hukuman mati. 

Menjadi seorang TKW agaknya memang beresiko tinggi sebanding dengan iming-iming penghasilan yang akan didapat, mereka tak tahu pasti apakah tempat mereka kerja menjadi tempat mencari pundi devisa atau malah menjadi sebuah tempat penyiksaan (seperti S21 atau killing field di Kamboja) yang banyak dialami beberapa TKW, dan tak jarang beberapa sampai meninggal dunia atau cacat seumur hidup akibat siksaan yang mereka dapatkan.

Jejak terkait : Bukti Kejam Rezim Khmer Merah

Tapi tidak begitu dengan Rena, dengan muka mulus tertutup bedak seperti kebanyakan artis sinetron stripping yang sedang menunggu giliran ambil gambar, selaras make up yang menghiasi mukanya dengan rambut berwarna pirang kekuninangan bergelombang sebahu, ditambah pakaian yang dikenakan begitu modis layaknya wanita harajuku yang begitu fashionista akan tetapi kali ini tidak alay. Mengenakan baju hitam ditambah blazer kuning kecoklatan selaras dengan rok hitam satu senti diatas lutut.

Obrolan kami pun berlanjut, saya berkesempatan mengenal Rena lebih dalam, seperti acara talk show di layar televisi kali ini tanpa iklan komersial. 

Bukan tanpa alasan wanita asal Semarang ini sudah menetap di Macau hampir tujuh tahun lebih, bekerja sebagai seorang pelayan restoran sebuah kasino di Macau. Setiap dua tahun sekali pulang ke kampung halaman untuk bertemu sanak saudara, dengan mengumpulkan uang dari hasil jeri payah bekerja untuk tiket pulang pergi Macau - Indonesia. Asam garam getirnya bekerja di Macau sepertinya sudah habis ditelannya mentah-mentah demi keluarga di kampung halaman.

Jejak terkait : Main ke Harajuku, Mari Bergaya 'Alay' !

Malam semakin larut, barisan kursi kosong satu persatu sudah memiliki pemiliknya, mulai dari orang tua, anak muda umur belasan tahun dan beberapa orang tampak seperti tunawaiswa terlihat disalah satu sudut bangunan. Sepertinya tidak hanya saya dan Rena yang asik duduk sambil ngobrol menunggu pagi, beberapa terlihat sedang asik bermain telepon genggam dan tidur dengan berselimut kain seperti menahan dingin, bangunan ber AC yang sepertinya sengaja diatur suhu maksimal, seperti sengaja mengusir orang yang akan istirahat, hampir sama dengan dinginnya Sembalun di Gunung Rinjani dini hari.

Macau Ferry Terminal
Terlantar di Macau Ferry Terminal
Melihat beberapa orang yang sedang duduk terutama ketika melihat beberapa orang tunawisma, Rena pun mengisahkan kisah pilu warga Macau, kali ini bukan pembataian seperti di Kamboja pada era Pol Pot. Dibalik gemerlap cahaya lampu bangunan bertingkat, Macau menyimpan sisi lain yang mungkin tidak banyak diketahui orang. 

Jejak terkait : Cuci Mata di Sembalun - Gn.Rinjani

Seiring dengan bertambahnya gedung bertingkat yang dijadikan sebagai arena adu nyali, bukan adu nyali seperti tayangan televisi 'Dunia Lain', justru lebih seram dari itu. Para penjudi yang bisa dikatakan sudah dalam level 'akut' sepertinya sudah siap rela beradu nyali dalam mempertaruhkan segalanya yang mereka punya, mulai dari harta benda, keluarga dan masa depan.  

Rena pun menunjuk beberapa orang yang sepertinya sudah dia kenal, sambil bercerita kisah kelam mereka. Beberapa orang yang tampak seperti tunawisma, hanya membawa goody bag. 

"Dulunya mereka itu orang berkecukupan, karena terjerat utang dengan rentenir untuk main judi jadi gelandangan sekarang" jelas Rena sambil menunjuk seorang  bapak paruh baya. 

"Semua harta bendanya habis buat main judi, sampai-sampai keluarganya menelantarkan dan tidak peduli lagi" tambah Rena menjelaskan kisah sedih di malam minggu.

Faktanya, beberapa warga Macau entah berapa jumlahnya, terjerat kasus hutang dengan rentenir. Uang yang mereka pinjam dari rentenir digunakan untuk bertaruh di meja judi. Iming-iming mendapatkan keuntungan berlipat ganda hanya sekedar harapan kosong, yang ada mereka malah terjerat hutang dengan bunga tinggi dan tak jarang beberapa korban harus meregang nyawa karena tidak sanggup membayar dikarenakan disiksa oleh para penagih hutang.

Tiga anak muda dengan umur belasan tahun yang sedari tadi mondar mandir terlihat mendatangi pasangan suami istri berkaos merah. Sambil duduk di sebuah meja bundar dengan empat kursi, para pemuda ini seperti sedang menjelaskan sesuatu kepada pasutri. 

Rena pun seolah sudah tahu apa yang sedang mereka bicarakan, pikir saya tiga anak muda ini sedang mencari downline untuk MLM, tapi bukan. Ternyata tiga orang anak muda yang sedari tadi menjelaskan sesuatu kepada pasutri di tengah malam adalah anak buah rentenir. Tugas mereka mencari sebanyak mungkin orang-orang yang ingin meminjam uang. Target utama mereka adalah para penjudi yang gagal meraup untung, sehingga tampak penasaran dan mencari pinjaman uang untuk bertaruh kembali. Birokrasi untuk meminjam uang dari rentenir agaknya seperti mau kredit motor atau mobil, dengan memberikan kartu tanda pengenal dan alamat rumah lengkap, sebelum akhirnya dipinjamkan uang dengan bunga tinggi.

Grand Lisboa; Macau, Gambler

Sunset Macau
Sisi Lain Macau
Entah sudah berapa banyak warga Macau yang telilit hutang rentenir akibat menjamurnya kasino di Macau. Bisa terlihat dari balik bangunan kasino yang megah seperti Grand Lisboa, banyak terdapat rumah-rumah atau bangunan bertingkat yang tampak kumuh, berbeda jauh dengan kemegahan kasino. Beberapa rumah susun tampak kumuh menjadi pemandangan dari Macau Fort. Kesenjangan antara pemilik kasino (bandar) dengan penjudi terlihat sangat jelas. 

Memang benar kata Bung Rhoma jika berjudi itu tidak ada gunanya, maka jauhilah :)  

1 comment:

  1. Aslamalikum warahmatullahi wabarakatu

    ini kisah nyata saya . . . .

    perkenalkan nama saya pak muh.rudi saya berasal dari kota yogyakarta saya bekerja sebagai seorang karyawan di salah satu perusaan Yogyakarta.dimana saya sudah hamper kurang lebih tiga tahun lamanya saya bekerja di perusaan itu.

    Keinginan saya dan impian saya yang paling tinggi adalah ingin mempunyai sebuah kendaraan roda empat atau sebuah mobil pribadi sendiri,namun jika hanya mengandalkan gaji yah mungkin butuh waktu yang sangat lama dimana belum biaya kontrakan dan utan yang menumpuk justru akan semakin sulit dan semakin lama impian itu tidak akan terwujud

    saya coba" buka internet dan saya lihat postingan orang yg sukses di bantu oleh seorang aki dari sana saya coba menghubungi aki awalnya saya sms terus saya di suruh telpon balik disitulah awal kesuksesan saya.jika anda ingin mendapat jalan yang mudah untuk membayar hutang lewat sebuah jalan pesugihan putih lewat bantuan seseorang dari gunung kidul dan akhirnya saya pun mencoba menghubungi beliyau dengan maksut yang sama untuk impian saya dan membayar hutang hutang saya.puji syukur kepada tuhan yang maha esa melalui bantuan aki romo dukun super natural dari gunung kidul membantu saya lewat dana gaib langsung masuk rekening saya 1 milyar

    Saya mau mengucapkan banyak terimah kasih kepada ki romo atas bantuannya untuk mencapai impian saya sekarang ini dan sya sudah punya kendaraan beroda 4 yaitu hrv

    Dan jika anda ingin bantuan seorang dukun super natural untuk mendapatkan dana gaib yang di jamin sukses silahkan anda hubungi ki romo di nomor telepon 085-218-653-567 terimah kasih atas bantuannya

    ReplyDelete