Tokyo, sebagai ibu kota sekaligus kota gigapolitan saya menyebutnya. Hilir mudik warganya yang akan beraktivitas menghiasi suasana pagi itu. Berpakaian necis nan rapih menjadi pemandangan yang tidak biasa buat saya, berbalut setelan jas ditambah dasi mengikat di leher biasa mereka gunakan ketika berangkat ke kantor bagi pria dan tak lupa tas kantor berisikan dokumen mereka bawa sambil berjalan dengan cepatnya. Bagi wanita mengenakan blazer dengan rok selutut berjalan sambil melihat jam tangan berusaha mengejar kereta tak mau kalah dengan kaum pria. Bunyi peluit yang ditiup oleh petugas stasiun pun menjadi pemandangan pagi itu, berdiri diatas anak tangga kecil mengamati situasi warga yang hendak naik dan keluar kereta listrik memastikan semuanya berjalan dengan tertib dan teratur. Sudah menjadi tradisi bila jadwal kereta di kota ini selalu datang dan pergi tepat waktu sehingga warganya benar benar hafal kapan kereta mereka akan tiba hingga menit nya sekalipun.
Saya pun tidak mau kalah dengan
warga kota Tokyo ikut berjalan terburu-buru seolah mengejar kereta keberangkatan
terakhir. Dengan peta jalur kereta Tokyo metro ditangan kiri dan jadwal kereta dari
handphone di tangan kanan, begitu juga mata mengamati setiap rambu arah yang
banyak terpampang di sudut stasiun sehingga hampir dapat dipastikan apabila
menggunakan sarana transportasi di kota ini kita tidak akan salah jalan.
Banyaknya line/jalur kereta di kota
ini membuat saya harus naik turun pindah dari line satu ke line yang
lainnya agar tiba di statiun yang saya tuju. Stasiun tujuan saya adalah
Shinjuku, kebeberangkatan dari stasiun Asakusa mengharuskan saya tiga kali naik
kereta untuk mencapai Shinjuku dengan lama perjalanan 30 menit.
Setibanya di stasiun Shinjuku saya
pun kembali berjalan menyusuri lorong stasiun mencari pintu keluar dan mata pun
tertuju peta mencari lokasi penjualan tiket shuttle bus ke daerah Kawaguchiko
tempat dimana kita dapat melihat keindahan Gunung Fuji yang sudah tersohor
sekaligus di sakralkan oleh masyarakat Jepang. Deretan gedung tinggi menjulang
dengan gaya arsitektur yang tak biasa langsung menjadi pemandangan khas
Shinjuku selepas keluar stasiun. Daerah Shinjuku merupakan salah satu surga untuk
shopping spree mencari barang seperti pakaian,
sepatu, tas hingga barang elektronik seperti handphone dan kamera keluaran terbaru. Berjalan dengan deretan toko yang menjual pakaian dan sepatu,
bahkan untuk sepatu beberapa merek merupakan buatan Indonesia yang jauh-jauh
menyeberangi lautan hanyak untuk di jual di negeri samurai.
Sesampainya di loket penjualan
akhirnya saya membeli tiket PP bus tujuan Shinjuku – Kawaguchiko untuk
keberangkatan jam 13.00 dan kembali jam 17.00 dengan lama perjalanan Shinjuku –
Kawaguchiko sekitar 2 jam, sehingga saya hanya memiliki waktu 2 jam untuk
melihat keindahan Gunung Fuji. Sebelum bus berangkat saya sempatkan membeli
bekal makan siang berupa makanan bergaya ala Jepang yang saya sendiri tidak
tahu apa namanya tapi tetap halal karena hanya sayur dan udang yang dibalut
dengan nasi dan rumput laut bisa dikatakan merupakan lemper versi Jepang. Untuk
urusan jadwal memang masyarakat Jepang sangat menghargai waktu dapat dilihat
tidak hanya kereta yang datang tepat waktu, bus yang akan saya naiki pun
demikian datang sesuai dengan jam keberangkatan yang tertulis di tiket.
Akhirnya pukul 13.00 bus pun berangkat menuju Kawaguchiko.
Bus yang saya naiki kali ini diisi
dengan tidak telalu banyak penumpang terlihat dari banyak bangku yang masih
kosong. Bus dilengkapi AC dan kondisinya jelas sangat terawat, di masing-masing
kursi dilengkapi dengan dishboard layaknya
kursi di kabin pesawat. Perjalanan melewati daerah kota didominasi oleh gedung
pencakar langit menjulang tinggi, sejam berselang barulah saya dihadirkan
pemandangan berupa gugusan bukit dengan beberapa rumah penduduk. Mendekati
daerah Kawaguchiko mulai terlihat dari kejauhan gunung bergradasi biru dengan langit
ditambah puncaknya berwarna putih tertutup salju abadi. Rupanya itulah Gunung
Fuji, gunung dengan ketinggian 3776 mdpl adalah gunung tertinggi di Jepang. Dalam
perjalanan ternyata bus ini berhenti di taman bermain Fuji Q Highland, terkenal
akan wahana role coster yang sangat cocok untuk senam jantung bagi para
penggemarnya.
Selang dua jam akhirnya saya sampai
di stasiun Kawaguchiko, mata mulai menoleh area sekitar mencari papan informasi
untuk dapat menuju ke Kachi Kachi Ropeway tempat melihat Gunung Fuji dari
Kawaguchiko yang berada di atas bukit. Karena saya tidak menemukan adanya petunjuk
jalan ke sana maka tourist centre pun
saya datangi dan di sambut oleh seorang wanita paru baya, diberikan petunjuk
arah kesana berupa goresan arah jalan dengan tinta pulpen disecarik kertas dan
membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sekali jalan dan belum dengan jika
saya salah pilih jalan. Mengetahui hanya memiliki waktu sekitar 30 menit dan
saya rasa waktu yang sangat terbatas akhirnya dengan langkah seribu saya pergi
meninggalkan tourist centre.
Bagi saya perjalanan seru dan
menarik selain melihat objek destinasi yang dituju adalah bagaimana cara dan
proses kita agar sampai tujuan. Seperti halnya acara Amazing Race yang
dipandu oleh Phil Keoghan dimana pesertanya berlomba dengan tim lain untuk
mencapai lokasi yang sudah ditentukan dengan melewati berbagai macam tantangan,
mulai dari mencari lokasi hingga menyelesaikan games yang diberikan. Akhirnya
setelah mengikuti arahan yang diberikan dengan berjalan hampir 1km kea rah danau
Kawaguchi akhirnya saya sampai di Kachi-Kachi Ropeway kurang dari 30 menit
dan beruntungnya tidak ada antrian tiket untuk naik cable car ke atas bukit,
dan dapat menikmati indahnya pemandangan Gunung Fuji lebih leluasa.
No comments:
Post a Comment