Shinkansen, sebuah nama asing tapi terdengar tidak asing di telinga bagi warga asing seperti saya yang sedang berada di negara asing 'Jepang'. (maaf terlalu banyak kata 'asing')
Shinkansen dari namanya saja terdengar berbau nuansa Jepang, menjadi sebuah primadona tersendiri bagi warga Indonesia seperti saya, biasa hanya melihat dan mendengar namanya dari balik layar televisi. Shinkansen bukanlah sebuah nama tokoh anime atau makanan khas Jepang, tidaklah sama seperti nama berbahasa Jepang lainnya seperti Naruto dengan Kagebunshin'nya, atau Tenga dan sejenisnya, melainkan nama yang dipakai untuk mode transportasi masal, dapat melaju dengan kecepatan maksimal hingga 300 km/jam, bukan main kan kecepatannya ?
Shinkansen adalah nama kereta peluru 'bullet train' yang InsyaAllah siap di kembangakan di Indonesia beberapa tahun ke depan, dan beruntungnya saya dapat mencoba langsung kereta ini saat berada di Jepang. Berikut pengalaman ketika mencoba menaiki kereta peluru Shikansen dengan rute St.Shin Osaka menuju St.Kyoto.
St.Shin Osaka, kereta dari Bandara KIX berhenti di St.Shin Osaka, saya pun keluar dan melanjutkan perjalanan menuju stasiun berikutnya 'Kyoto', mencari loket tiket kereta khusus jalur JR yang menjual tiket kereta Shinkansen ditengah hingar bingar stasiun kereta dan terhubung langsung dengan pusat perbelanjaan layaknya sebuah mall, berada beberapa meter di bawah tanah. Hampir semua kebutuhan warga Osaka sepertinya bisa ditemukan di stasiun ini, mulai dari makanan, pakaian, hingga barang elektronik ditawarkan dengan jejeran toko tersusun rapi memanjakan mata orang yang melihat untuk membeli.
Menjadi sedikit pusat perhatian dikarenakan ransel besar kapasitas 55+10 liter hampir terisi penuh asik menggantung di pundak belakang, padahal kedatangan saya kali ini bukan untuk mendaki Gunung Fuji yang tersohor di negeri matahari terbit. Maklum inilah pengalaman pertama ke luar negeri dengan waktu cukup lama, ditambah perbekalan layaknya orang habis di usir dari rumah, semua itu demi menghemat biaya hidup di negeri orang selama seminggu ke depan #lowcost.
Jepang terkenal akan mode transportasinya yang sudah sangat maju pesat, terutama di bidang kereta api tidak kalah populernya dengan JAV (Japan Adult Video). Mulai dari kereta super cepat/kereta peluru, hingga terkenal akan banyaknya jalur kereta yang saling menghubungkan kota-kota besar di seantero Jepang dari ujung Selatan pulau Kyushu hingga Utara pulau Hokkaido.
Membaca peta jalur kereta api di Jepang seperti melihat coretan seorang anak belum genap lima tahun, dengan garis berliku saling tumpang tindih penuh warna, mungkin akan membuat orang sakit mata ketika pertama kali melihatnya termaksud saya. Dan tidak cocok jika kebetulan anda buta warna, tapi tenang saja di setiap jalur tidak hanya warna, adapula informasi berupa tulisan kanji ditambah romanji (bahasa Jepang ditulis dengan huruf latin) dibawahnya yang akan memudahkan kita sampai tujuan.
Untuk menaiki Shinkansen, terlebih dahulu kita harus membeli tiket, belilah tiket di loket resmi, bukan di calo karena calo tidak punya ruang gerak disini alias tidak ada. Kali ini rute yang saya pilih adalah rute terdekat Osaka - Kyoto dengan jarak sekitar 40km dengan waktu tempuh normal hanya 10-15 menit dengan harga untuk jarak dekat tersebut adalah 1.380 Yen atau sekitar Rp.150.000,- untuk sekali keberangkatan.
Jika Anda berkunjung ke Jepang dengan waktu terbatas hanya seminggu seperti saya, tetapi memiliki banyak destinasi di beberapa kota besar dengan jarak berjauhan, tidak ada salahnya Anda menggunakan JR Pass (Japan Rail) yang merupakan tiket kereta terusan milik perusahaan Japan Railways Group sehingga Anda bisa bebas naik turun kereta termaksud Shinkansen, jauh lebih hemat daripada beli eceran dan dapat digunakan juga untuk naik bus, ferry dan bus antar kota (sesuai dengan ketentuan berlaku) dengan harga bervariasi mulai dari $231 USD untuk masa pakai 7 (tujuh) hari.
Dengan uang dua lembar pecahan seribu yen bergambar gunung Fuji dan bunga Sakura saya serahkan kepada petugas loket pembelian.
"Shinkansen to Kyoto Sir" ucap saya kepada si petugas berjas hitam dengan kemeja putihnya.
Tidak lama petugas memberikan selembar tiket kereta Shinkansen dan uang kembalian dan beberapa pecahan koin hitungan sen. (bukan permen seperti kebanyakan gerai *lfam*rt atu *ndom*ret terdekat di sekitar Anda ketika mengembalikan dalam bentuk receh)
Tulisan pada tiket kereta dominan tulisan kanji, jarang sekali huruf latin jadi agak hambar membacanya. Hanya bisa baca angkanya saja dan yang paling saya tahu adalah angka 1.380 merupakan angka harga tiket kereta Shinkansen itu sendiri.
Menaiki sebuah eskalator dua lantai sambil diantar petugas loket, ditolong ketika muka kebingungan terlihat setelah membeli tiket, karena begitu banyak jalur di stasiun ini. Tidak lama menunggu sekitar 10 menit, dari kejauhan terlihat moncong putih (bukan moncong kepala banteng lambang partai) dengan desain aerodinamis bergerak mendekat sambil menyapa dengan bunyi panjang klakson, Shinkansen dengan type N700 pun melintas dihadapan saya.
Petugas sibuk memeriksa tiket penumpang
Shinkansen dari namanya saja terdengar berbau nuansa Jepang, menjadi sebuah primadona tersendiri bagi warga Indonesia seperti saya, biasa hanya melihat dan mendengar namanya dari balik layar televisi. Shinkansen bukanlah sebuah nama tokoh anime atau makanan khas Jepang, tidaklah sama seperti nama berbahasa Jepang lainnya seperti Naruto dengan Kagebunshin'nya, atau Tenga dan sejenisnya, melainkan nama yang dipakai untuk mode transportasi masal, dapat melaju dengan kecepatan maksimal hingga 300 km/jam, bukan main kan kecepatannya ?
Shinkansen adalah nama kereta peluru 'bullet train' yang InsyaAllah siap di kembangakan di Indonesia beberapa tahun ke depan, dan beruntungnya saya dapat mencoba langsung kereta ini saat berada di Jepang. Berikut pengalaman ketika mencoba menaiki kereta peluru Shikansen dengan rute St.Shin Osaka menuju St.Kyoto.
![]() |
Kereta Peluru 'Shinkansen' (sumber gambar) |
![]() |
Entah Tahun Berapa Ada 'Shinkansen' Bogor - Jakarta (sumber gambar) |
Menjadi sedikit pusat perhatian dikarenakan ransel besar kapasitas 55+10 liter hampir terisi penuh asik menggantung di pundak belakang, padahal kedatangan saya kali ini bukan untuk mendaki Gunung Fuji yang tersohor di negeri matahari terbit. Maklum inilah pengalaman pertama ke luar negeri dengan waktu cukup lama, ditambah perbekalan layaknya orang habis di usir dari rumah, semua itu demi menghemat biaya hidup di negeri orang selama seminggu ke depan #lowcost.
Jepang terkenal akan mode transportasinya yang sudah sangat maju pesat, terutama di bidang kereta api tidak kalah populernya dengan JAV (Japan Adult Video). Mulai dari kereta super cepat/kereta peluru, hingga terkenal akan banyaknya jalur kereta yang saling menghubungkan kota-kota besar di seantero Jepang dari ujung Selatan pulau Kyushu hingga Utara pulau Hokkaido.
Hingar Bingar St.Kyoto |
Untuk menaiki Shinkansen, terlebih dahulu kita harus membeli tiket, belilah tiket di loket resmi, bukan di calo karena calo tidak punya ruang gerak disini alias tidak ada. Kali ini rute yang saya pilih adalah rute terdekat Osaka - Kyoto dengan jarak sekitar 40km dengan waktu tempuh normal hanya 10-15 menit dengan harga untuk jarak dekat tersebut adalah 1.380 Yen atau sekitar Rp.150.000,- untuk sekali keberangkatan.
Jika Anda berkunjung ke Jepang dengan waktu terbatas hanya seminggu seperti saya, tetapi memiliki banyak destinasi di beberapa kota besar dengan jarak berjauhan, tidak ada salahnya Anda menggunakan JR Pass (Japan Rail) yang merupakan tiket kereta terusan milik perusahaan Japan Railways Group sehingga Anda bisa bebas naik turun kereta termaksud Shinkansen, jauh lebih hemat daripada beli eceran dan dapat digunakan juga untuk naik bus, ferry dan bus antar kota (sesuai dengan ketentuan berlaku) dengan harga bervariasi mulai dari $231 USD untuk masa pakai 7 (tujuh) hari.
Tiket Kereta Peluru 'Shinkansen' |
"Shinkansen to Kyoto Sir" ucap saya kepada si petugas berjas hitam dengan kemeja putihnya.
Tidak lama petugas memberikan selembar tiket kereta Shinkansen dan uang kembalian dan beberapa pecahan koin hitungan sen. (bukan permen seperti kebanyakan gerai *lfam*rt atu *ndom*ret terdekat di sekitar Anda ketika mengembalikan dalam bentuk receh)
Tulisan pada tiket kereta dominan tulisan kanji, jarang sekali huruf latin jadi agak hambar membacanya. Hanya bisa baca angkanya saja dan yang paling saya tahu adalah angka 1.380 merupakan angka harga tiket kereta Shinkansen itu sendiri.
Menaiki sebuah eskalator dua lantai sambil diantar petugas loket, ditolong ketika muka kebingungan terlihat setelah membeli tiket, karena begitu banyak jalur di stasiun ini. Tidak lama menunggu sekitar 10 menit, dari kejauhan terlihat moncong putih (bukan moncong kepala banteng lambang partai) dengan desain aerodinamis bergerak mendekat sambil menyapa dengan bunyi panjang klakson, Shinkansen dengan type N700 pun melintas dihadapan saya.
Shinkansen N700 |
Hasil foto dari dalam Shinkansen |
Entah berapa kecepatan kereta saat melaju ditengah perjalanan, ketika saya memotret pemandangan di luar sana, gambar terlihat sedikit blur atau mungkin kamera saya yang tidak diatur mode auto fokusnya.
Dengan laju cepat kereta saat itu, suasana di dalam tidak berisik ataupun bergetar hebat, karena bantalan rel yang digunakan tidak sama dengan kereta biasa, yang pasti kereta melaju dengan sangat cepat dan smoothly, hingga belum genap lima menit saya duduk, kereta sudah berhenti di St.Kyoto dan memaksa saya segera keluar sebelum terbawa sampai stasiun berikutnya dan didenda.
|
No comments:
Post a Comment